Saturday 2 January 2016

Linux, Cita-cita besar dalam bingkai Kenangan

 

“Pak Onno, Linux, Cita-cita besar dalam bingkai Kenangan”
“Sudah mi Imam, yang penting kamu sudah berjuang, sudah bagus mi Nak”, Pak Guru menyemangati aku yang masih tertunduk malas. Juri sudah menentukan pemenangnya, kesalahan perhitunganku di babak rebutan menjadikan timku tertinggal jauh dari poin kelompok lain.
Inilah aku di Penyisihan Final LCT (Lomba Cepat Tepat) MIPA Universitas Sembilan November.
****
Aku melangkah masuk di Auditorium USN guna mengikuti Seminar Nasional sebagai pematerinya adalah Pak Onno W Purbo.
Datang ke tempat ini mengingatkanku pada kenangan 7 tahun lalu. Saat itu aku masih duduk di bangku SMP, bersama teman-teman, kami mewakili SMP untuk mengikuti Lomba Cepat Tepat.
Bisa dibilang tim kami saat itu sangat tidak diperhitungkan, datang dari pelosok utara Kabupaten Kolaka dan bersaing dengan sekolah unggulan dari Kota membuat kami hanya bisa cengengesan memandang lawan.
Singkat cerita, saat itu kami kurang beruntung, walau telah bersaing dengan begitu serunya dengan dua kelompok lain, kami tetap kalah. Tetap saja aku merasa terhibur saat tahu dua tim yang mengalahkan kami akhirnya merengkuh juara satu dan dua di lomba tersebut. Mengalahkan sekolah lainnya.
Setelah 7 tahun berlalu, aku kembali menginjakkan kaki di tempat ini, bukan lagi sebagai siswa SMP, tetapi sebagai mahasiswa yang datang untuk merengkuh ilmu dari salah satu pakar IT Indonesia.
Pada sesi tanya jawab, aku berkesempatan bertanya langsung ke Pak Onno mengenai perkembangan Linux di Indonesia. Beliau lantang menjawab, bahwa perkembangan Linux di Indonesia kurang menggembirakan tetapi beliau tetap memberi semangat kepada pegiat Linux di manapun berada bahwa potensi Linux itu tetap ada dan besar.
Tibalah penanya lain mendapatkan kesempatan bertanya ke Pak Onno dan disinilah saya mendapat pelajaran berharga.
“Pak apa yang menjadi Cita-cita terbesar Bapak, jika Bapak menjadi menteri”
Pak Onno menjelaskan bahwa belum ada keinginan untuk menjadi menteri dan membuat saya heran adalah ketika beliau katakan bahwa masalah Linux Windows, legal tidak, itu masalah sepele.
Bukan itu yang menjadi cita-cita terbesar beliau.
Beliau memberi penjelasan tentang keadaan pendidikan di Indonesia, dimana ada lebih 5 juta anak Indonesia yang masuk SD setiap tahunnya, namun yang lulus sarjana hanya 500.000-an tiap tahunnya.
Pertanyaannya adalaha kemana 4 Juta lebih sisanya?
Beliau menjelaskan ada yang salah dengan sistem pendidikan kita, akses pendidikan begitu tidak adilnya.
Dan ini masuk kategori pelanggaran HAM, karena pendidikan adalah hak semua anak bangsa.
Dengan mata berkaca-kaca beliau menjelaskan,
“Cita-cita saya adalah bagaimana pendidikan bisa dirasakan semua anak bangsa”
***
Kamu tahu, yang membuat seorang namanya harum bukan ketika hartanya melimpah tak berbilang, tetapi cita-cita dan visi hidup yang ia miliki digunakan untuk bisa menjadi manfaat bagi sesama.
***
Tujuh tahun kembali ke kampus ini, inilah saya dengan cita-cita besar di dalam dada, membawanya berkat pelajaran berharga, untuk memberi manfaat pada sesama.
Kendari, 18/12/2015
Imam Safrullah



Linux, Cita-cita besar dalam bingkai Kenangan
Depan Kampus USN

No comments:
Tulis komentar