Thursday 28 September 2017

Hari Kedelapan Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Penanaman Mangrove : Filosofi itu berbicara tentang Jarak

 
Bismillah. Selamat bertemu kembali di lanjutan cerita perjalanan kami, tim 1 ENJ Sultra 2017, yang sekarang masuk hari ke 8. Sebelumnya maafkeun yah, baru bisa posting lagi setelah agak lama dari postingan hari ketujuh. Maklum, lagi sibuk-sibuknya ngurusin Lamaran. Banyak sekali rupanya yang harus diurus, mulai dari restu kedua orang tua, surat dari pak Lurah, beuh.. Salinan Ijazah sama transkrip, fotocopy KTP dan lain-lain. Nanti kalau kalian juga udah masuk dunia kerja, bakal ngerasain juga. Hehe.. Kata teman saya yang saya bantu melamar ini, kalau gak diterima-terima lowongan kerja lagi, bikin pekerjaan aja sekalian.. Mantap juga dia.

Baik.. Sebelum saya melenceng terlalu jauh bahas Dunia Kerja. Kami hari ini mengagendakan satu program kerja yakni Penanaman bibit Mangrove. Selain Teras Baca, program penanaman Mangrove merupakan program Unggulan dari Tim Ekspedisi Nusantara Jaya. Menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia tentu tidak akan terasa bermakna jika lingkungannya tidak terlestarikan dengan baik.

Sudah umum diketahui bahwa mangrove berperan penting sebagai “Pagar Hidup” dari terjadinya abrasi. Pun menjadi rumah bagi banyak spesies laut. Dan hei... Jangan lupa, di beberapa daerah malah dijadikan ekowisata berupa trekking mangrove. Karena Romantis itu.. menikmati sunset sambil menyeduh teh hangat di taman Mangrove. Beuh.

Kami memulai kegiatan hari ini dari rumah Bapak Sekdes Wangkolabu, dengan pengarahan langsung dari beliau tentang teori menanam Mangrove secara singkat. Tidak sulit, sungguh sederhana. Aktifitas kami kali ini ditemani oleh adik-adik dari Sahabat Mangrove Wangkolabu dan juga adik-adik Purna Paskibra 2017 Kecamatan Towea.

Oh iya, masih ingat tulisan saya tentang Filosofi Bibit Mangrove? Atau kalau belum baca, silahkan baca dulu disini.
Setelah terpisah dari Induknya, bibit ini akhirnya menemukan tempat baru untuk membersemai hidup dan lingkungannya yang baru. Beberapa area yang masih kurang pohon Mangrovenya menjadi target kami hari ini.

Sebelum ditanam, kami menentukan dulu titik-titik kordinat area yang akan kami tanami. Setelah itu membuat rapi dengan memberikan tanda pada setiap titik. Jadi tidak asal tanam. Antara satu bibit dengan bibit yang lain harus ada jarak. Biar kedepannya teratur. Tuhkan.., saya malah ketemu filosofi baru lagi, seperti ini bunyinya:
Tuhan saat ini membuatmu berjarak dengan dia yang kau cari selama ini, karena kau harus yakin bahwa takdirnya akan datang secara teratur, baik kapan, dimana, bagaimana dan siapa dia kelak”

Saya coba tebak yah. Kalian yang Jomblo mungkin agak sedikit baper baca ini. Sedikit.. jangan banyak-banyak.

Coba tebak, tangan siapa? Susah kan nebaknya
Baik.. Lanjut.
Kata pak Sekdes, jika bibit-bibit ini tumbuh sebagaimana mestinya. Mungkin, 3, 5 atau 10 tahun lagi kita sudah melihat hasilnya. Duh pak, berarti kami wajib datang lagi ke Towea untuk melihat bibit yang akan mendewasa ini? Baiklah. InsyaAllah.

Sedikit back to the past di ENJ 2016. Saat itu saya tidak berkesempatan ikut menanam mangrove bersama teman-teman yang lain karena tim, saat itu, dibagi dua. Saya masuk tim yang ikut serta dalam seminar kepemudaan bersama Ibu Wakil Bupati Wakatobi.

Alhamdulillah, tahun ini berkesempatan meninggalkan jejak di Pulau Towea berupa tanaman Mangrove. Semoga kelak, keindahan mangrove ini dapat kita nikmati bersama.

Adik-adik Sahabat Mangrove.... Dijaga dan dirawat yah Mangrovenya..

See you again. Sampai jumpa lagi. *Mata berkaca-kaca*

Sahabat Mangrove......

Wednesday 13 September 2017

Hari Ketujuh Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 tim 1 Sultra | Berbagi Seragam Sekolah : Kutemukan Cinta di Pulau Towea

 
Seminggu sudah kami berada di Desa Wangkolabu. Seminggu sudah kisah terukir di desa ini dan tentu saja, Pulau Towea. Sebagian kami, jika menyadari hal ini mungkin akan membias sudut matanya. Betapa waktu cepat berlalu. Hampir-hampir separuh agenda kami disini telah terealisasi yang artinya saat itu akan segera tiba, Perpisahan.

Entahlah, memulai menuliskan artikel di pagi hari seperti ini. Bayang-bayang berakhirnya masa pengabdian disini segera muncul. Mungkin karena tinggal beberapa hari lagi disini. Aku merasakan betul suasana bagaimana kami diterima dengan baik oleh masyarakat terutama anak-anaknya. Hai, adik-adik.. How are you today? Are you ok? Really?. Sepertinya masih terbayang, beberapa dari kalian kucoba ajarkan bahasa Inggris, dan hei.. Kalian dengan cepat mampu merespon. Opkurs kakak, syurrrr.. Ama terue.... (Of course, Sure, I’m true).

Seperti yang kuceritakan di postingan hari keenam, hari ini agenda kami lebih banyak di posko, mengerjakan beberapa pekerjaan ringan untuk program kerja esok hari. Beberapa diantara kami harus lebih banyak beristirahat karena faktor kelelahan dan juga demam yang melanda. Alhamdulillah ‘ala kulli hal selama disini tidak ada masalah yang berarti bagi saya dengan kesehatan.

Adapun agenda hari ini, yaitu Memaketkan Seragam-seragam sekolah untuk anak-anak Pulau Towea dan Pencarian Ajur (kayu penyangga bibit mangrove yang baru ditanam).

Alhamdulillah, Tim 1 ENJ Sultra 2017 diamanahkan seragam-seragam sekolah baik tingkat SD, SMP maupun SMA sebanyak 316 pcs untuk disalurkan di Pulau Towea. Sumbangan seragam ini berasal dari “Jaskol Collection”, sebuah unit usaha Konveksi dan distributor Seragam Sekolah. Terima kasih banget udah jauh-jauh kirimnya dari Tanah Abang, Djekardah. Jika ada kesempatan kesana, ingin sekali jalan-jalan ke Jaskol Collection. Semoga semakin berkah usahanya, karena keberkahan itu terpancar dari senyum adik-adik dan orang tua yang menerima sumbangan ini. Hallo Mbak Nabilah, salam hangat dari Pulau Towea. Kapan kesini?


Serta tak lupa pula buat seluruh donatur lainnya yang telah menyumbangkan pakaian dengan beragam variasi kepada kami. Dokumentasinya saya lampirkan di bawah postingan ini.

Untuk menyalurkan seragam dan pakaian ini kami dibantu oleh Ibu-Ibu kader Posyandu dalam mendata siapa saja yang akan menerimanya. Hari ini saya bertugas menuliskan nama-nama penerima seragam Sekolah yang kemudian ditempelkan di setiap paket.
Satu-satu nama itu disebut oleh Ibu Sekdes, dan tugasku begitu mudah. Menuliskannya saja.
Aditia” seru bu Sekdes
Sudah..” jawabku
Cece”
ya..”
Intan”
sudah”
Cinta..”

Hah? Cinta? Duh... bu Sekdes pasti lagi manggil pak Sekdes. Bapak Ibu memang beda dengan pasangan suami istri pada umumnya. Biasanya kan, yang lain pada manggil Mah.. Pah.. Buk.. Kalau beliau berdua ma beda.

Yank...”
Sayang..”
Cinta... ambilkan tolong memori kamera. Saya simpan di kamar itu”
Iya Cintaku..”

Apalagi nih yah. Kalau kita lagi duduk rame-rame sambil leha-leha di bale bambu Teras baca. Terus dengerin Honey Calling kayak gitu. Emm... Sumpah.. Seketika BaperMax. Baper Maksimum. Kita semua yang pada Jomblo, cuma bisa meraba hati yang nyesek. Senyesek nahan kentut di pagi hari di tengah keramaian. Soalnya yang gituan mah #hanyaUntukCintayangHalal.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang berkali-kali dan sering mi diucapkan laut kepada terumbu karang yang menjadikannya Indah”

Mungkin begitulah kira-kira kalau Bapak bacain puisi “Aku Ingin”nya Pak Sapardi ke Ibu. Dibelokin dikit biar nuansa laut dan pesisirnya dapat. Maafkeun yah Pak Sapardi. *senyum-senyum*


Imam, sudah ditulis?” tanya Ibu Sekdes
Sudah Bu.. Ini Intan” sambil saya perlihatkan kertasnya “Intan”.
Bukan, ini yang baru.. namanya Cinta”
Ouh... Siap Bu”

Unik dan keren yah ada nama Cinta di sini. Walau saya belum pernah ketemu Si Cinta ini, biarlah. Maksud saya... biar judul artikel selaras dengan judul-judul artikel sebelumnya. Maka, Kutemukan Cinta di Pulau Towea asal muasalnya dari sini. Ada nama adik kita, Cinta, yang beruntung mendapatkan seragam sekolah.

Untuk Cinta



Mencari Ajur

Selain itu, kegiatan hari ini adalah mencari Ajur. Ajur? What is that? Itu apa yah?
Sederhananya sih, ajur adalah kayu sepanjang setengah meter yang akan kami gunakan besok pada saat penanaman bibit mangrove. Fungsinya sebagai sandaran bagi bibit mangrove agar bisa tegak di awal penanamannya. Gitu.. Lucu juga sih bilang ini, Bibit mangrove aja butuh sandaran.




Bersama adik-adik Sahabat Mangrove Wangkolabu, kami mencarinya di hutan Bakau. Alhamdulillah menjelang sore, selesai juga. InsyaAllah akan aku ceritakan selanjutnya keseruan aktifitas penanaman bibit Mangrove ini.

Berikut beberapa dokumentasi pembagian Seragam Sekolah dan pakaian layak kepada masyarakat di Pulau Towea.












Tuesday 12 September 2017

Hari Keenam Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 tim 1 Sultra | Antara Buku dan Pembaca : Yang ditakdirkan bertemu pasti bertemu.

 
Salah satu program unggulan yang wajib adalah Teras baca. Pada Ekespedisi Nusantara Jaya Sultra 2016, teras atau taman baca dibangun dan diresmikan di desa Mola Bahari yang infonya bisa teman-teman baca disiniSaya baru sadar, peresmian teras baca Towea dan Taman Baca Wakatobi sama-sama tepat hari keenam setelah mengecek postingan tahun lalu.
Nah untuk teras baca di Ekspedisi Nusantara Jaya Sultra 2017 dibangun dan juga diresmikan di Desa Wangkolabu, Kecamatan Towea, Kabupaten Muna.

Sepengetahuan saya, hampir seluruh tim ENJ 2017 Sultra melaksanakan program ini. Membaca adalah salah satu pintu terbukanya wawasan anak bangsa terhadap ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan, kita harapkan anak-anak ini berani untuk bermimpi besar dan mewujudkan setiap mimpi mereka kelak.

Ketika masih penggalangan donasi buku ini, saya ada sedikit cerita. Saya punya seorang kawan, yang pada hari itu sedang membereskan rumahnya. Tak terkecuali dengan buku-buku pelajaran yang dia gunakan dahulu waktu masih bersekolah. Dia ingin menyumbangkan buku tersebut, tapi entah kemana.


Di saat kebingungan seperti itu, ternyata ada salah satu anggota tim kami yang memposting donasi buku ini. Di group yang sama dengan temanku, akhirnya dia baca. Dan.... ketemulah yang harusnya bertemu. Buku dan pembacanya.

Adalah Pak Maslin, Sekdes Wangkolabu yang bersedia menjadikan teras rumah beliau untuk didesain dan dipasangkan rak-rak buku. Adapun buku-bukunya, kami dapatkan dari berbagai sumber baik dari individu-individu maupun instansi yang menyumbangkan buku-buku mereka.

Semoga kebaikan para donatur ini dapat bermanfaat untuk masyarakat Pulau Towea. Teras baca ini diresmikan langsung oleh Camat Towea, dihadiri juga Kepala Desa dan Sekretaris Desa Wangkolabu serta Kapolsek Towea.



Sebagai penutup acara Peresmian Teras Baca ini, ada pembagian souvenir yang berasal dari sumbangan teman-teman dari Komunitas Turun Tangan Medan. Jaazakallahu khairan katsiran yah teman-teman Turun Tangan Medan



Pagi harinya sebelum peresmian Teras baca di siang hari, kami mengadakan kegiatan pemeriksaan Kesehatan untuk masyarakat nelayan di Pulau Towea. Bekerjasama dengan teman-teman dari Nusantara Sehat. 
 



Hari ini juga 2 peserta harus pulang lebih awal. Ada Ender yang harus pulang karena akan mengikuti wisuda dan ada Dian yang juga harus balik ke Medan. Once again, Happy Graduation our Gender Antropolog and take care in your adventure our Heroine from North Sumatra.

Tepat setelah rangkaian acara hari ini selesai. Satu-satu peserta mulai drop, sebenarnya sudah beberapa hari ini sudah ada yang kena gejala flu, kelelahan dan sebagainya. Mungkin besok bakal diagendakan kegiatan-kegiatan ringan saja sambil recovery fisik para peserta.


Berikut ini kuterbitkan beberapa foto-foto buku sumbangan para donatur. Semoga Kebaikan kalian semua, berbalas dengan semakin baiknya pendidikan Indonesia.

Perjuangan untuk Indonesia lebih baik tidak boleh berhenti disini. Dimana pun kau berada, berikanlah yang terbaik karena KITA adalah Indonesia.











Wednesday 6 September 2017

Hari Kelima Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 | Pantai Bungin Pinungan dan arti kebersamaan

 

Agenda untuk hari kelima adalah melaksanakan program eksplorasi obyek wisata Pulau Towea dan Coastal cleaning.

Pagi-pagi sekali, saat jam baru menunjukkan pukul 6 pagi kami telah berkumpul untuk bersiap menuju Pantai Bungin Pinungan. Yap, itulah nama pantainya. Dari posko kami menempuh perjalanan dengan berjalan kaki dengan lama perjalanan sekitar sejam. Kami menyusuri pesisir pulau towea ini dengan jalan setapak berbeton yang sudah lama dibangun.

Pantai, sudah lama sekali rasanya diri ini akrab dengan model alam yang satu ini. Sejak tinggal di Desa Tamborasi, pantai menjadi bagian hidupku maksudku karena pantai tamborasi tepat di belakang rumah. Yang membuat aku dan peserta ekspedisi lainnya sangat penasaran dengan pantai ini adalah pantai ini menjadi salah satu latar sebuah Film Nasional, berjudul Jembatan Pensil.

Dan juga ketika hari pertama saat perjalanan menuju Desa Wangkolabu, kami melewati pantai ini walau dari jauh tetapi pemandangan pasir putihnya yang seperti hamparan kertas putih memanjang membuat kami, ya apalagi kalau bukan sangat penasaran.

Tempat ini keren lah, mulai dari jalan setapak menuju pantai, hamparan pasir pesisir, bangunan SD Towea, dan biru hijaunya laut.




Tidak ke pantai namanya kalau tidak berenang. Sungguh, saya tidak berniat sebenarnya buat berenang kesana karena hati yang... eh fisik yang mulai lelah plus gejala flu yang menimpa. Sehingga kesana pun, saya masih menggunakan celana panjang explore yang sungguh berat di air.

Tapi yah, kalau sudah nemu pantai apalagi keren gini, hati sudah khilaf kayaknya untuk segera terjun.

=====
Atas inisiatif Pak Sekdes, kami menulis "ENJ 2017" menggunakan pasir dan kerikil-kerikil pantai dan setelah selesai berfoto disitu, kami melanjutkan program coastal cleaning di sekitar pantai. 

 

Bakar Ikan
Dan yang paling ditunggu, makan siang hehe. Harap dimaklumi, penulis ini penikmat kuliner lokal berbiaya rendah. Jadi, pagi sebelum berangkat Bu Kades memberikan kami sekantong besar Ikan laut yang masih segar-segar. Nah, ikan itu yang kami bakar hari ini. Menu makan siang kali ini boleh sederhana, Ikan bakar yang cukup dibersihkan kemudian dibakar dipadukan dengan sambal bawang tomat garam plus nasi, tetapi kebersamaan, suasana pantai yang asik membuat makan siang terasa nikmat.

Setelah kami makan siang, kami melakukan sholat dzuhur dahulu sebelum terjun ke pantai.

====
Aku mengambil langkah jauh di dermaga, bersiap dengan segala kekuatan dan kemudian melompat setinggi-tingginya dan bumm... amboi nian air lautnya...

Satu pelajaran berharga yang ingin kupetik, tentang arti Kebersamaan. Hidup ini boleh sederhana, tetapi kebersamaannya harus selalu bermakna.

Tuesday 5 September 2017

Hari Keempat Ekspedisi Nusantara2017 Tim 1 Sultra | Kelas Inspirasi: Jika memang kau berjuang, sejauh apapun jarak bisa diperpendek.

 
Terima kasih buat kalian yang masih setia membaca hingga hari ke 4 ini.
Seperti yang kusebutkan ditulisan sebelumnya, aku akan ceritakan di tulisan kali ini tentang kegiatan PHBS dan juga Kelas Inspirasi.

Kegiatan dimulai di SDN 1 Towea, kami melakukan sosialisasi cara cuci tangan yang baik dan benar dan juga cara menggosok gigi yang baik dan benar. Jam 8 pagi kami mulai bergerak menuju SD, kami diberikan izin oleh pihak sekolah untuk memulai kegiatan jam 9 pas jam istirahat, sehingga kami datang lebih awal.

Awalnya ada dua kelas dimana kami akan melakukan kegiatan, yaitu kelas 4 dan 5 tetapi ternyata pihak sekolah meminta kelas 6 juga diikutkan. Padahal rapat sebelumnya, kami sudah membagi tim kami menjadi 2, tim 4 dan tim 5. Dengan adanya tambahan kelas 6, mau tidak mau kami harus membagi tim lagi, dan ini membuat persiapan malam sebelumnya menjadi sedikit kacau.

Tetapi, inilah yang dinamakan dinamika kegiatan, ada saja hal-hal di luar prediksi yang bisa terjadi sehingga fleksibilitas sangat diperlukan.


Kelas Inspirasi..
Setelahnya, kami menuju Madrasah Aliyah untuk melakukan kegiatan selanjutnya, Kelas Inspirasi. Kami membagi tim menjadi tiga : tim E, tim N dan tim J. Program ini bentuknya berbagi pengalaman dari para peserta ENJ kepada siswa-siswi MA, baik tentang pendidikan, profesi bahkan motivasi.

Saya sendiri membagikan pengalaman saya mengikuti kegiatan-kegiatan nasional maupun regional. Saya memotivasi mereka, bahwa dengan ikutnya saya di berbagai kegiatan itu saya bisa mengunjungi berbagai kota di Indonesia. Gratis. Prinsipnya satu : Man Jadda wa jada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil.

Kelas Inspirasi
Di kelas aku meminta mereka meneriakkan prinsip ini. Sekeras-kerasnya. Hingga kata Si Hamka, hai anak farmasi, mereka di kelas sebelah harus “hening cipta” dulu, membiarkan sorakan semangat berlalu. Semangat-semangat. Baakarrrrrr Semangatnya...

Ada juga yang berbagi inspirasi tentang pengalaman menjadi Relawan, relawan ENJ misal. Datang dari berbagai kota, tidak hanya Kendari. Membuat ENJ Sultra 2017 lebih berwarna. Teman-teman dari luar kota menceritakan perjuangan mereka hingga bisa sampai ke sini. Jarak dan kesibukan dikondisikan demi sebuah pengabdian di daerah pesisir. Merinding saya menuliskannya.

Saya selalu terharu dengan mereka yang mau, ikhlas meninggalkan Zona nyamannya untuk sebuah pengabdian. Saya ingat sepupu yang sekarang di Kalimantan, tahun lalu dia mengabdi di Papua. Bertugas sebagai relawan pengadaan listrik tenaga surya di Pedalaman. Duh, perjuangan.

Untuk sore harinya, kami mengerjakan batako untuk artificial reef. Batako persegi empat dengan dua lubang di tengahnya itu sedianya akan kami pasang di pantai Bungin Pinungan. Akan kuceritakan keseruannya di artikel selanjutnya. Keep Reading yah.



Sunday 3 September 2017

Hari Ketiga Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Pengambilan Bibit Mangrove : Darinya kita tahu ada Cinta dalam bentuk yang lain yaitu Melepaskan

 
Hari Ketiga Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Pengambilan Bibit Mangrove : Darinya kita tahu ada Cinta dalam bentuk yang lain yaitu Melepaskan

Subuh kedua di desa Wangkolabu dan hari ketiga telah berada kami disini. Selepas subuh aku memilih keliling sekitar dermaga Wangkolabu, suasana sebenarnya masih gelap tetapi pendar-pendar cahaya dari lampu rumah warga membuatku tertarik menyaksikannya dari arah dermaga.

Rutinitas pagi itu belumlah terlalu ramai, hanya sesekali ku jumpai pak Nelayan yang sedang membenarkan tali ikat perahunya. Dinginnya malam pun masih menusuk sebenarnya, tersebab angin darat yang masih bertiup kencang ke arah laut.

Aku benar-benar menikmati pagi di ujung dermaga ini, sendiri, hening bersama kecipak ombak yang membentur dinding dermaga. Amboi nian. Sebelum pagi begitu terang, aku kembali ke rumah pak Kades, pagi-pagi kami harus kembali melaksanakan agenda yang telah kami susun bersama.

Seperti dua pagi sebelumnya, Wana ataupun Dian, akan menanyai kami yang tinggal serumah mau dibuatkan minuman apa. Aku sendiri sering menjawab “ngikut yang lain”, maksudnya aku akan ikut saja mereka yang sudah pesan duluan. Kadang Energ*n, kadang juga Teh. Disitulah kami memulai obrolan pagi, walau terkadang aku lebih banyak diam. Asyik masyuk dengan pembahasan ke empat orang ini. Suasana ini akan aku rindukan. Anytime, Anywhere.


Pagi sekitar pukul 8, kami beranjak menuju SD N 1 Towea. Agenda kami adalah melakukan koordinasi dan mohon izin untuk melakukan kegiatan di Sekolah ini. Kami diterima dengan senyum hangat nan bersahabat oleh Bapak Kepala Sekolah. Halo pak, semoga sehat selalu.
 

Hari Ketiga Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Pengambilan Bibit Mangrove : Darinya kita tahu ada Cinta dalam bentuk yang lain yaitu Melepaskan
Kami diajak masuk ke dalam kantor, awalnya kami mengira hanya perwakilan saja yang diajak, Koordinator ataupun PJ program, tetapi kami semua dipanggil masuk. Tak ayal, ruang itu menjadi ramai pun dengan kursi-kursi yang terseret dan dikondisikan menampung kami semua. Langsung saja kami sampaikan niat kami, dan meminta jadwal kepada Pak Kepsek.

Hari itu, telah disepakati kami akan melaksanakan program sekitar jam 9 sampai jam 11 pagi di keesokan harinya. Program yang akan kami laksanakan adalah.... ah besok saja yah di artikel selanjutnya kuceritakan. :P *paling senang bikin orang penasaran*

Sebelum Dzuhur kami bergegas ke Madrasah Aliyah Al-Asif guna meminta izin untuk melaksanakan program Kelas Inspirasi disana keesokan harinya. Di artikel selanjutnya akan kuceritakan keseruan kelas ini. *senyum tertahan jaga wibawa*



Filosofi pengambilan Bibit Mangrove

Di sore harinya, kami melakukan kegiatan pengambilan bibit mangrove. Cara ini harus kami lakukan, setelah selama di Kendari kami tidak mendapatkan bantuan bibit yang sudah jadi sehingga kami harus buat sendiri. Tetapi ada hikmah yang terselubung, kami jadi tahu cara mengbibitkan mangrove, karakteristik mangrove yang layak ditanam dan cara mencabut mangrove dari tempatnya semula.



Dan juga dari aktivitas pengambilan bibit mangrove ini saya menemukan sebuah filosofi atau saya menyebutnya “Filosofi Bibit Mangrove”. Kita tahu bahwa anak mangrove, katakanlah seperti itu, hidup tidak jauh atau berdekatan dengan induknya. Tumbuh begitu dekat dan penuh sesak di kelamaan. Sehingga dibutuhkan tempat baru bagi anak ini untuk bisa lebih berkembang. Di tempat baru. Tempat yang lebih layak. Sang Induk harus rela melepaskannya, karena ini untuk kebaikan bukan hanya untuk anaknya tapi untuk semua alam.

Dari situ saya belajar lagi bahwa ada Cinta yang dapat kita pelajari dalam bentuk yang lain yaitu melepaskan. Yah, terkadang melepaskan adalah pilihan yang lebih tepat jika kau tahu di tempat lain ada yang lebih pantas, lebih baik untuk dia dapat tumbuh, bersemai dalam hidup yang lebih baik.
Seperti anak mangrove ini, dengan tempat yang sekarang, ia akan lebih berfungsi lebih baik. Menjadikan perannya lebih baik dari sebelumnya.

Ah, itulah Filosofi Bibit Mangrove. Tentang melepaskan. Tentang Cinta yang tak harus memiliki dan tentu saja, tentang perpisahan.

Anyway, berbicara tentang perpisahan izinkan kukutip nasihat indah dari Ustad Aan Chandra, begini kira-kira kata beliau:
Perpisahan itu bukan soal jarak yang jauh, juga bukan karena ditinggal pergi.
Bahkan kematian bukanlah sebuah perpisahan, sebab di akhirat nanti kita akan bertemu lagi.
Perpisahan yang sesungguhnya adalah ketika satu diantara kita masuk surga, sedangkan yang lainnya terjerembab ke neraka”


Demikianlah hari ketiga ini kututup dengan sebuah filosofi manis, yang sejatinya layak untuk kita renungkan dan pahami. Menjadi setitik pencerahan buatmu dan diriku.

Ah, maafkan kami wahai Induk Mangrove..
Untukmu kutitipkan syair wahai Mangrove, yang kutahu tersayat di dalam hatimu.

Dalam Syairnya, Al-Qadhi Abul Majd berkata:
Telah kulalui berbagai musibah (dalam hidupku), namun air mataku tak berderai seperti derainya saat hari berpisah


Hari Ketiga Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Pengambilan Bibit Mangrove : Darinya kita tahu ada Cinta dalam bentuk yang lain yaitu Melepaskan
Foto bersama Sahabat Mangrove Wangkolabu


Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea

 
Untuk hari kedua, agenda kami adalah melakukan survei lapangan di Dua Desa yakni Desa Wangkolabu dan tetangganya, Desa Lakarama.

Kedua desa ini, dahulunya merupakan satu desa yang dimekarkan menjadi beberapa desa. Kami memulai perjalanan dari rumah Pak Sekdes, lokasi pertama yang kami kunjungi adalah pasar tradisional. Pasar ini hanya beroperasi dua minggu sekali, yaitu setiap hari kamis dan minggu. Sungguh berbeda dengan perkotaan yang hampir tiap hari. Untungnya hal ini tidak membuat culture shock peserta ENJ yang hampir semuanya berasal dari Kota seperti Kendari, Makassar, dan Medan.

Setelah dari pasar tradisional ini, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju satu-satunya SD di pulau ini, SD Negeri 1 Towea. Gedung sekolah sudah sangat memadai dalam artian bangunan yang permanen dan terdiri semua level kelas dari kelas 1 sampai kelas 6, bahkan beberapa kelas terbagi lagi menjadi kelas A dan B. 

Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea
 SDN 1 Towea

Setelah itu kami menuju salah satu situs sejarah di Pulau ini, sebuah rumah yang dahulunya digunakan tentara-tentara Belanda. Pada desainnya, terdapat sentuhan gaya arsitektur Belanda seperti daun jendela, penataan kamar dan juga WC. Sayangnya, bangunan ini tidak terawat, sepi dan muram yang menambah kesan mistisnya. Entah kenapa menulis kata "mistis"nya saya jadi tersenyum-senyum.
Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea
Rumah Peninggalan Belanda
Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea
Befoto bareng


Sebelum memasuki waktu dzuhur, kami mengunjungi salah satu bukit yang letaknya tidak jauh dari lokasi tempat atau area pengambilan bibit dan penanaman mangrove. Jadi, bisa dikatakan dari bukit ini kami meninjau lokasi yang akan kami gunakan untuk melakukan pengambilan bibit mangrove dan sekaligus tempat penanaman mangrove.
Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea
Disana...


Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea
Bersama Sahabat Mangrove



Selepas dzuhur, kami telah ditunggu oleh pak Kades untuk santap siang bersama. Menunya ikan bakar khas Pulau Towea. Nyamm.. Ikan katamba' yang dibakar menggunakan bumbu racikan lokal seperti kunyit, garam, jeruk nipis ditambah lagi sambel tomat.



Nah di sore hari, aku diajak anak-anak untuk berperahu menuju karamba'. Karamba ini, modelnya seperti rumah apung yang disitu terdapat kolam pembudidayan ikan kerapu, lobster. Karamba ini diletakkan di tengah laut.
Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea

Spotnya asik buat berfoto, dan kebetulan hari ini saya mendapatkan kesempatan untuk melihat langsung proses panen.
Sayangnya dokumentasi saat berada di atas Karamba’ ini raib, setelah Smartphone-nya Fuad yang kecebur ke laut. Dan di saat bersamaan saya juga ikut “kepeleset” ke laut padahal lagi santai-santainya di perahu.
Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea
Karamba': Tempat Pembudidayaan Lobster dan Ikan Kerapu

Kelas Malam Sahabat Pesisir

Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea
Bacalah
Selepas magrib, program pertama yang kami jalankan di Desa ini adalah Malam Sahabat Pesisir, dimana program rutin ini dilakukan selepas Magrib hingga Isya. Konsepnya sederhana, kami mengajarkan anak-anak pulau Towea Iqra dan Tahsin Al-Qur’an. Saya sendiri mengampuh kelas Tahsin, dimana tugas saya sebenarnya lebih mudah dibanding teman-teman yang lain yang mengampuh kelas Iqra. Mudahnya adalah, walaupun saya hanya membina 5-7 anak, mereka sudah bisa membaca hanya perlu menambahkan materi “Tempat Keluarnya Huruf” atau Mahraj Huruf. Adapun tajwid, saya hanya ajar sekilas tentang hukum Qalqalah, Mad, dan Idgam.

Cara saya mengajar kepada mereka adalah, saya akan membaca ayat per ayat dan mereka mengulangi bacaan saya sambil saya menyimak dan memperbaiki bacaan mereka. Setelah itu kami akan mentaddaburi kandungannya.

“Ayo adik-adik siapa yang tahu dalil langit itu terdiri tujuh lapisan?”
“An-Naba’ ayat 12” jawab mereka serempak
“Yang menurunkan hujan siapa?”
“Allah...”
“Dalilnya apa ayo?”
Mereka semua diam, saling melirik.
“Ayat 14 kak Imam” jawab Cece
“Makasih yah Cece, benaar...”

Cece ini salah satu adik di kelas Tahsin, yang kemudian hari jadi juara 2 lomba hapalan Al-Qur’an dalam kegiatan kami. Nantikan ceritanya. Sampai program ini selesai kami telah tahsin dan taddabur mulai dari An-Naba’ hingga Al-Gasyiyah. Target awalnya adalah seluruh juz Amma sebenarnya. Tapi tak apa, InsyaAllah kita lanjutkan di kesempatan lain yah adik-adik. :)

Begitulah kami menutup hari ini, MasyaAllah. Mata saya berkaca-kaca menulis ini.
Anak-anak Indonesia itu cerdas, hanya kesempatan untuk mendapatkan fasilitas yang baik, metode yang baik dan pengajar yang baik saja yang kurang. So, teman-teman semua, kamu yang membaca postingan ini.

Perhatikan, luangkanlah waktu dan tenagamu untuk Anak Indonesia. Mereka butuh Ilmu kamu semua. Indonesia akan menjadi baik, kalau orang baik itu bergerak membaikkan, bukan hanya diam hampa membisu dalam nestapa keluhan tak berujung.

Dan juga, buat semua tim. Terima kasih... Terima kasih kalian semua sudah istiqomah hingga program ini dapat berjalan hari pertama hingga hari terakhir program ini. Semoga ini menjadi timbangan amal kebaikan kita semua.

Dibawah ini dokumentasi Malam Sahabat Pesisir
Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea

Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea


Hari Kedua Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Malam Sahabat pesisir: Serpihan Cinta yang terserak di Pulau Towea