Sunday, 3 September 2017

Hari Ketiga Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Pengambilan Bibit Mangrove : Darinya kita tahu ada Cinta dalam bentuk yang lain yaitu Melepaskan

 

Hari Ketiga Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Pengambilan Bibit Mangrove : Darinya kita tahu ada Cinta dalam bentuk yang lain yaitu Melepaskan

Subuh kedua di desa Wangkolabu dan hari ketiga telah berada kami disini. Selepas subuh aku memilih keliling sekitar dermaga Wangkolabu, suasana sebenarnya masih gelap tetapi pendar-pendar cahaya dari lampu rumah warga membuatku tertarik menyaksikannya dari arah dermaga.

Rutinitas pagi itu belumlah terlalu ramai, hanya sesekali ku jumpai pak Nelayan yang sedang membenarkan tali ikat perahunya. Dinginnya malam pun masih menusuk sebenarnya, tersebab angin darat yang masih bertiup kencang ke arah laut.

Aku benar-benar menikmati pagi di ujung dermaga ini, sendiri, hening bersama kecipak ombak yang membentur dinding dermaga. Amboi nian. Sebelum pagi begitu terang, aku kembali ke rumah pak Kades, pagi-pagi kami harus kembali melaksanakan agenda yang telah kami susun bersama.

Seperti dua pagi sebelumnya, Wana ataupun Dian, akan menanyai kami yang tinggal serumah mau dibuatkan minuman apa. Aku sendiri sering menjawab “ngikut yang lain”, maksudnya aku akan ikut saja mereka yang sudah pesan duluan. Kadang Energ*n, kadang juga Teh. Disitulah kami memulai obrolan pagi, walau terkadang aku lebih banyak diam. Asyik masyuk dengan pembahasan ke empat orang ini. Suasana ini akan aku rindukan. Anytime, Anywhere.


Pagi sekitar pukul 8, kami beranjak menuju SD N 1 Towea. Agenda kami adalah melakukan koordinasi dan mohon izin untuk melakukan kegiatan di Sekolah ini. Kami diterima dengan senyum hangat nan bersahabat oleh Bapak Kepala Sekolah. Halo pak, semoga sehat selalu.
 

Hari Ketiga Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Pengambilan Bibit Mangrove : Darinya kita tahu ada Cinta dalam bentuk yang lain yaitu Melepaskan
Kami diajak masuk ke dalam kantor, awalnya kami mengira hanya perwakilan saja yang diajak, Koordinator ataupun PJ program, tetapi kami semua dipanggil masuk. Tak ayal, ruang itu menjadi ramai pun dengan kursi-kursi yang terseret dan dikondisikan menampung kami semua. Langsung saja kami sampaikan niat kami, dan meminta jadwal kepada Pak Kepsek.

Hari itu, telah disepakati kami akan melaksanakan program sekitar jam 9 sampai jam 11 pagi di keesokan harinya. Program yang akan kami laksanakan adalah.... ah besok saja yah di artikel selanjutnya kuceritakan. :P *paling senang bikin orang penasaran*

Sebelum Dzuhur kami bergegas ke Madrasah Aliyah Al-Asif guna meminta izin untuk melaksanakan program Kelas Inspirasi disana keesokan harinya. Di artikel selanjutnya akan kuceritakan keseruan kelas ini. *senyum tertahan jaga wibawa*



Filosofi pengambilan Bibit Mangrove

Di sore harinya, kami melakukan kegiatan pengambilan bibit mangrove. Cara ini harus kami lakukan, setelah selama di Kendari kami tidak mendapatkan bantuan bibit yang sudah jadi sehingga kami harus buat sendiri. Tetapi ada hikmah yang terselubung, kami jadi tahu cara mengbibitkan mangrove, karakteristik mangrove yang layak ditanam dan cara mencabut mangrove dari tempatnya semula.



Dan juga dari aktivitas pengambilan bibit mangrove ini saya menemukan sebuah filosofi atau saya menyebutnya “Filosofi Bibit Mangrove”. Kita tahu bahwa anak mangrove, katakanlah seperti itu, hidup tidak jauh atau berdekatan dengan induknya. Tumbuh begitu dekat dan penuh sesak di kelamaan. Sehingga dibutuhkan tempat baru bagi anak ini untuk bisa lebih berkembang. Di tempat baru. Tempat yang lebih layak. Sang Induk harus rela melepaskannya, karena ini untuk kebaikan bukan hanya untuk anaknya tapi untuk semua alam.

Dari situ saya belajar lagi bahwa ada Cinta yang dapat kita pelajari dalam bentuk yang lain yaitu melepaskan. Yah, terkadang melepaskan adalah pilihan yang lebih tepat jika kau tahu di tempat lain ada yang lebih pantas, lebih baik untuk dia dapat tumbuh, bersemai dalam hidup yang lebih baik.
Seperti anak mangrove ini, dengan tempat yang sekarang, ia akan lebih berfungsi lebih baik. Menjadikan perannya lebih baik dari sebelumnya.

Ah, itulah Filosofi Bibit Mangrove. Tentang melepaskan. Tentang Cinta yang tak harus memiliki dan tentu saja, tentang perpisahan.

Anyway, berbicara tentang perpisahan izinkan kukutip nasihat indah dari Ustad Aan Chandra, begini kira-kira kata beliau:
Perpisahan itu bukan soal jarak yang jauh, juga bukan karena ditinggal pergi.
Bahkan kematian bukanlah sebuah perpisahan, sebab di akhirat nanti kita akan bertemu lagi.
Perpisahan yang sesungguhnya adalah ketika satu diantara kita masuk surga, sedangkan yang lainnya terjerembab ke neraka”


Demikianlah hari ketiga ini kututup dengan sebuah filosofi manis, yang sejatinya layak untuk kita renungkan dan pahami. Menjadi setitik pencerahan buatmu dan diriku.

Ah, maafkan kami wahai Induk Mangrove..
Untukmu kutitipkan syair wahai Mangrove, yang kutahu tersayat di dalam hatimu.

Dalam Syairnya, Al-Qadhi Abul Majd berkata:
Telah kulalui berbagai musibah (dalam hidupku), namun air mataku tak berderai seperti derainya saat hari berpisah


Hari Ketiga Ekspedisi Nusantara Jaya 2017 Tim 1 Sultra | Pengambilan Bibit Mangrove : Darinya kita tahu ada Cinta dalam bentuk yang lain yaitu Melepaskan
Foto bersama Sahabat Mangrove Wangkolabu


2 comments:
Tulis komentar
  1. Masya Allah akhi Imam. Filosofi yang begitu dalam. Deg, kena dan dalam sekali. Dan satu hal yang saya suka dari dulu bahwa kita tidak terpisah sebab yang namanya perpisahan jika salah satu di antara kita ada yang di surga dan ada yang di neraka ^^

    ReplyDelete
  2. Bersama membangun rumah di Jannah... *kepalkan tangan*

    ReplyDelete