Seminggu sudah kami berada di
Desa Wangkolabu. Seminggu sudah kisah terukir di desa ini dan tentu
saja, Pulau Towea. Sebagian kami, jika menyadari hal ini mungkin akan
membias sudut matanya. Betapa waktu cepat berlalu. Hampir-hampir
separuh agenda kami disini telah terealisasi yang artinya saat itu
akan segera tiba, Perpisahan.
Entahlah, memulai menuliskan
artikel di pagi hari seperti ini. Bayang-bayang berakhirnya masa
pengabdian disini segera muncul. Mungkin karena tinggal beberapa hari
lagi disini. Aku merasakan betul suasana bagaimana kami diterima
dengan baik oleh masyarakat terutama anak-anaknya. Hai,
adik-adik.. How are you today? Are you ok? Really?. Sepertinya masih
terbayang, beberapa dari kalian kucoba ajarkan bahasa Inggris, dan
hei.. Kalian dengan cepat mampu merespon. Opkurs kakak, syurrrr.. Ama
terue.... (Of course, Sure, I’m true).
Seperti yang kuceritakan di
postingan hari keenam, hari ini agenda kami lebih banyak di posko,
mengerjakan beberapa pekerjaan ringan untuk program kerja esok hari.
Beberapa diantara kami harus lebih banyak beristirahat karena faktor
kelelahan dan juga demam yang melanda. Alhamdulillah ‘ala kulli hal
selama disini tidak ada masalah yang berarti bagi saya dengan
kesehatan.
Adapun agenda hari ini, yaitu
Memaketkan Seragam-seragam sekolah untuk anak-anak Pulau Towea dan
Pencarian Ajur (kayu penyangga bibit mangrove yang baru ditanam).
Alhamdulillah, Tim 1 ENJ
Sultra 2017 diamanahkan seragam-seragam sekolah baik tingkat SD, SMP
maupun SMA sebanyak 316 pcs untuk disalurkan di Pulau Towea.
Sumbangan seragam ini berasal dari “Jaskol Collection”, sebuah
unit usaha Konveksi dan distributor Seragam Sekolah. Terima kasih
banget udah jauh-jauh kirimnya dari Tanah Abang, Djekardah.
Jika ada kesempatan kesana, ingin sekali jalan-jalan ke Jaskol
Collection. Semoga semakin berkah usahanya, karena keberkahan itu
terpancar dari senyum adik-adik dan orang tua yang menerima sumbangan
ini. Hallo Mbak Nabilah, salam hangat dari Pulau Towea. Kapan
kesini?
Serta tak lupa pula
buat seluruh donatur lainnya yang telah menyumbangkan pakaian dengan
beragam variasi kepada kami. Dokumentasinya saya lampirkan di bawah
postingan ini.
Untuk menyalurkan seragam dan
pakaian ini kami dibantu oleh Ibu-Ibu kader Posyandu dalam mendata
siapa saja yang akan menerimanya. Hari ini saya bertugas menuliskan
nama-nama penerima seragam Sekolah yang kemudian ditempelkan di
setiap paket.
Satu-satu nama itu disebut
oleh Ibu Sekdes, dan tugasku begitu mudah. Menuliskannya saja.
“Aditia” seru bu Sekdes
“Sudah..” jawabku
“Cece”
“ya..”
“Intan”
“sudah”
“Cinta..”
Hah? Cinta? Duh... bu Sekdes
pasti lagi manggil pak Sekdes. Bapak Ibu memang beda dengan pasangan
suami istri pada umumnya. Biasanya kan, yang lain pada manggil Mah..
Pah.. Buk.. Kalau beliau berdua ma beda.
“Yank...”
“Sayang..”
“Cinta... ambilkan tolong
memori kamera. Saya simpan di kamar itu”
“Iya Cintaku..”
Apalagi nih yah. Kalau kita
lagi duduk rame-rame sambil leha-leha di bale bambu Teras baca. Terus
dengerin Honey Calling kayak gitu. Emm... Sumpah..
Seketika BaperMax. Baper Maksimum. Kita semua yang pada Jomblo, cuma
bisa meraba hati yang nyesek. Senyesek nahan kentut di pagi hari di
tengah keramaian. Soalnya yang gituan mah #hanyaUntukCintayangHalal.
“Aku ingin mencintaimu
dengan sederhana, dengan kata yang berkali-kali dan sering mi
diucapkan laut kepada terumbu karang yang menjadikannya Indah”
Mungkin
begitulah kira-kira kalau Bapak bacain puisi “Aku Ingin”nya Pak
Sapardi ke Ibu. Dibelokin dikit biar nuansa laut dan pesisirnya
dapat. Maafkeun yah Pak Sapardi. *senyum-senyum*
“Imam, sudah ditulis?”
tanya Ibu Sekdes
“Sudah Bu.. Ini Intan”
sambil saya perlihatkan kertasnya “Intan”.
“Bukan, ini yang baru..
namanya Cinta”
“Ouh... Siap Bu”
Unik dan keren yah ada nama
Cinta di sini. Walau saya belum pernah ketemu Si Cinta ini, biarlah.
Maksud saya... biar judul artikel selaras dengan judul-judul artikel
sebelumnya. Maka, Kutemukan Cinta di Pulau Towea asal
muasalnya dari sini. Ada nama adik kita, Cinta, yang beruntung
mendapatkan seragam sekolah.
Untuk Cinta |
Mencari Ajur
Selain
itu, kegiatan hari ini adalah mencari Ajur. Ajur? What
is that? Itu
apa yah?
Sederhananya
sih, ajur adalah kayu sepanjang setengah meter yang akan kami gunakan
besok pada saat penanaman bibit mangrove. Fungsinya sebagai sandaran
bagi bibit mangrove agar bisa tegak di awal penanamannya. Gitu.. Lucu
juga sih bilang ini, Bibit
mangrove aja butuh sandaran.
Bersama adik-adik Sahabat
Mangrove Wangkolabu, kami mencarinya di hutan Bakau. Alhamdulillah
menjelang sore, selesai juga. InsyaAllah akan aku ceritakan
selanjutnya keseruan aktifitas penanaman bibit Mangrove ini.
Berikut beberapa dokumentasi
pembagian Seragam Sekolah dan pakaian layak kepada masyarakat di
Pulau Towea.
No comments:
Tulis komentar