Untuk hari kedua, agenda kami adalah melakukan survei lapangan di
Dua Desa yakni Desa Wangkolabu dan tetangganya, Desa Lakarama.
Kedua desa ini, dahulunya merupakan satu desa yang dimekarkan menjadi
beberapa desa. Kami memulai perjalanan dari rumah Pak Sekdes, lokasi
pertama yang kami kunjungi adalah pasar tradisional. Pasar ini hanya
beroperasi dua minggu sekali, yaitu setiap hari kamis dan minggu.
Sungguh berbeda dengan perkotaan yang hampir tiap hari. Untungnya hal
ini tidak membuat culture shock peserta ENJ yang hampir
semuanya berasal dari Kota seperti Kendari, Makassar, dan Medan.
Setelah dari pasar tradisional ini, kami kemudian melanjutkan
perjalanan menuju satu-satunya SD di pulau ini, SD Negeri 1 Towea.
Gedung sekolah sudah sangat memadai dalam artian bangunan yang
permanen dan terdiri semua level kelas dari kelas 1 sampai kelas 6,
bahkan beberapa kelas terbagi lagi menjadi kelas A dan B.
SDN 1 Towea |
Setelah itu kami menuju salah satu situs sejarah di Pulau ini, sebuah
rumah yang dahulunya digunakan tentara-tentara Belanda. Pada
desainnya, terdapat sentuhan gaya arsitektur Belanda seperti daun
jendela, penataan kamar dan juga WC. Sayangnya, bangunan ini tidak
terawat, sepi dan muram yang menambah kesan mistisnya. Entah kenapa
menulis kata "mistis"nya saya jadi tersenyum-senyum.
Rumah Peninggalan Belanda |
Befoto bareng |
Sebelum memasuki waktu dzuhur, kami mengunjungi salah satu bukit yang
letaknya tidak jauh dari lokasi tempat atau area pengambilan bibit
dan penanaman mangrove. Jadi, bisa dikatakan dari bukit ini kami
meninjau lokasi yang akan kami gunakan untuk melakukan pengambilan
bibit mangrove dan sekaligus tempat penanaman mangrove.
Disana... |
Bersama Sahabat Mangrove |
Selepas dzuhur, kami telah ditunggu oleh pak Kades untuk santap siang
bersama. Menunya ikan bakar khas Pulau Towea. Nyamm.. Ikan katamba'
yang dibakar menggunakan bumbu racikan lokal seperti kunyit, garam,
jeruk nipis ditambah lagi sambel tomat.
Nah di sore hari, aku diajak anak-anak untuk berperahu menuju
karamba'. Karamba ini, modelnya seperti rumah apung yang disitu
terdapat kolam pembudidayan ikan kerapu, lobster. Karamba ini
diletakkan di tengah laut.
Spotnya asik buat berfoto, dan kebetulan hari ini saya mendapatkan
kesempatan untuk melihat langsung proses panen.
Sayangnya dokumentasi saat berada di atas Karamba’ ini raib,
setelah Smartphone-nya Fuad yang kecebur ke laut. Dan di saat
bersamaan saya juga ikut “kepeleset” ke laut padahal lagi
santai-santainya di perahu.
Karamba': Tempat Pembudidayaan Lobster dan Ikan Kerapu |
Kelas Malam Sahabat Pesisir
Bacalah |
Selepas magrib, program pertama yang kami jalankan di Desa ini adalah
Malam Sahabat Pesisir, dimana program rutin ini dilakukan selepas
Magrib hingga Isya. Konsepnya sederhana, kami mengajarkan anak-anak
pulau Towea Iqra dan Tahsin Al-Qur’an. Saya sendiri mengampuh kelas
Tahsin, dimana tugas saya sebenarnya lebih mudah dibanding
teman-teman yang lain yang mengampuh kelas Iqra. Mudahnya adalah,
walaupun saya hanya membina 5-7 anak, mereka sudah bisa membaca hanya
perlu menambahkan materi “Tempat Keluarnya Huruf” atau Mahraj
Huruf. Adapun tajwid, saya hanya ajar sekilas tentang hukum Qalqalah,
Mad, dan Idgam.
Cara saya mengajar kepada mereka adalah, saya akan membaca ayat per
ayat dan mereka mengulangi bacaan saya sambil saya menyimak dan
memperbaiki bacaan mereka. Setelah itu kami akan mentaddaburi
kandungannya.
“Ayo adik-adik siapa yang tahu dalil langit itu terdiri tujuh
lapisan?”
“An-Naba’ ayat 12” jawab mereka serempak
“Yang menurunkan hujan siapa?”
“Allah...”
“Dalilnya apa ayo?”
Mereka semua diam, saling melirik.
“Ayat 14 kak Imam” jawab Cece
“Makasih yah Cece, benaar...”
Cece ini salah satu adik di kelas Tahsin, yang kemudian hari jadi
juara 2 lomba hapalan Al-Qur’an dalam kegiatan kami. Nantikan
ceritanya. Sampai program ini selesai kami telah tahsin dan taddabur
mulai dari An-Naba’ hingga Al-Gasyiyah. Target awalnya adalah
seluruh juz Amma sebenarnya. Tapi tak apa, InsyaAllah kita lanjutkan
di kesempatan lain yah adik-adik. :)
Begitulah kami menutup hari ini, MasyaAllah. Mata saya berkaca-kaca
menulis ini.
Anak-anak Indonesia itu cerdas, hanya kesempatan untuk mendapatkan
fasilitas yang baik, metode yang baik dan pengajar yang baik saja
yang kurang. So, teman-teman semua, kamu yang membaca postingan ini.
Perhatikan, luangkanlah waktu dan tenagamu untuk Anak Indonesia.
Mereka butuh Ilmu kamu semua. Indonesia akan menjadi baik, kalau
orang baik itu bergerak membaikkan, bukan hanya diam hampa membisu
dalam nestapa keluhan tak berujung.
Dan juga, buat semua tim. Terima kasih... Terima kasih kalian semua
sudah istiqomah hingga program ini dapat berjalan hari pertama
hingga hari terakhir program ini. Semoga ini menjadi timbangan amal
kebaikan kita semua.
Dibawah ini dokumentasi Malam Sahabat Pesisir
Luar biasa, Imam.
ReplyDeleteMakasih banyak kak Handri :)
Delete