Monday 23 September 2013

Going the extra mile

 

Saya pernah membaca novel berjudul “Negeri 5 Menara”. Ada satu kata mutiara yang sangat bagus ,menurut saya. Kata tersebut mudah pengucapannya tetapi tidak mudah diterapkan.

Going the extra mile

Oh iya, itu bukan kata tetapi sebuah kalimat :) .

Menurut buku atau novel tersebut, inti dari penerapan kalimat tersebut adalah MELEBIHKAN USAHA. Yah , melebihkan dalam artian diatas rata-rata kebanyakan orang lain. Contoh yang saya baca dari novel tersebut, seorang pelari atau sprinter kelas dunia. Ketika mereka juara, mereka hanya butuh sedikit lebih unggul dari lawan-lawannya, kalau dalam perhitungan waktu mereka cuma butuh unggul 0,00 per sekian detik untuk juara.

Intinya melebihkan usaha diatas rata-rata orang lain.

Saya jadi ingat pengalaman saya waktu ingin kuliah. Saya melebihkan usaha dalam hal mencari beasiswa, waktu itu saya belum memiliki laptop dan saya mengandalkan internet untuk mencari informasi beasiswa. Setiap habis dari sholat magrib sambil menunggu sholat isya, saya menyempatkan diri ke warnet, warnet dekat dengan mesjid.

Beberapa kali saya browsing dan tidak menemukan informasi yang sesuai dengan saya cari. Suatu ketika saya teringat majalah yang saya baca ketika SMP dulu tentang Perguruan Tinggi swasta di Jawa Barat yang menawarkan beasiswa full kepada setiap Mahasiswanya.

Saya buka webnya, dan saya membaca syaratnya yang untuk ukuran seorang lulusan SMA, kayaknya tidak cocok, yah karena beasiswa tersebut lebih cocok buat lulusan pasantren.

Tapi bermodal nekad, waktu itu saya berasumsi toh cuma mengisi formulir apa susahnya. Semua data saya isi lengkap. Termasuk foto, saya tidak membawa softfile fotonya, maka saya foto diri sendiri di warnet, untungnya warnet tersebut pakai bilik-bilik. Sehingga tidak ada orang yang liat.

Tiba waktunya seleksi, saya datang dengan persiapan yang bisa dibilang tidak ada. Saya baru tahu ketika saya di tempat seleksi bahwa yang akan menyeleksi semua peserta adalah seorang Syeikh dari Arab, iyah,, Asli orang arab. Sedangkan pengetahuan saya tentang bahasa Arab NOL BESAR..!!

Saya hampir saja pulang karena tidak ingin malu dihadapan tim penyeleksi, tapi dengan bermodal nekad saya tetap di tempat itu, apapun yang terjadi.. Bismillah, pikir saya waktu itu.

Alhamdulillah ternyata ada yang bertugas sebagai penerjemah kalau peserta tidak bisa Bahasa Arab.Coba kalau saya pulang?

Satu bulan kemudian, pengumuman menyatakan saya lolos dan berhak mendapatkan beasiswa tersebut.

Saya kaget, saya satu-satunya peserta dari SMA yang lain dari pasantren, secara ilmu bahasa arab, nahwu dan sebagainya jelas saya sangat jauh tertinggal dari peserta yang lain. Tetapi, kalau Allah sudah berkehendak, siapa yang bisa menghalangi?




Hari ini saya kuliah di suatu universitas di Kendari , saya akhirnya dengan sangat berat hati tidak mengambil beasiswa tersebut. Ini semua atas permintaan Ibu saya, dan saya menurut kepada beliau.

Saya yakin dengan “Going the extra mile” dipadu doa seorang Ibu, maka kesuksesan itu akan tercapai meski sekarang masih dalam proses.

Oh iya, adapun beasiswa yang akan saya dapatkan jika mengambil beasiswa tersebut adalah:

  • Pendidikan bahasa arab selama dua tahun (perkuliahan pakai bahasa arab)
  • Pendidikan S1 selama 4 tahun
  • Makan, asrama, dan baju juga di loundry-kan
  • Sarana dan prasarana yang lengkap
  • dll



No comments:
Tulis komentar