Wednesday, 1 June 2016

Sekeping hikmah dari membaca “The Chronicles of Ghazi”

 



“… Mehmed memimpin Zaghanos dan Radu berjalan ke salah satu sisi ruangan. Dia menatap kepada buku-buku yang berbaris selayaknya tentara itu. Dia mengambil salah satu buku yang diinginkannya dan membukanya di hadapan mereka. Jemarinya membuka helai-helai halaman buku itu, kemudian berhenti pada sehelai halaman ...”

Diatas adalah salah satu paragraph dalam buku berformat tetralogi berjudul “The Chronicles of Ghazi”. Buku sejarah yang menceritakan Kekhalifaan Turki Ottoman dan penaklukannya terhadap Benteng Konstantinopel, benteng terkuat di zamannya yang berada dibawa kekuasaan Romawi Timur.

3 dari 4 seri. Seri ke 4 masih dalam perjalanan menuju kosan terchinthaa...

Buku ini dikemas dalam bentuk layaknya Novel, alur cerita maju-mundur membuat buku ini seakan membawa pembaca kembali ke era Eropa zaman kerajaan masa lalu.

Di buku ini hal yang paling membuat saya kagum adalah bagaimana Kerajaan Turki pada masa itu mempersiapkan putra mahkotanya. Seorang putra mahkota musti memiliki kecakapan, kecerdasan dan keahlian lainnya, tidak sekadar aji mumpung karena Ortunya Raja sehingga dia bisa jadi raja juga. 

Muhammad Al Fatih, sang putra mahkota, dididik dengan begitu disiplin dan tegas. Sejak kecil telah belajar banyak hal, membaca banyak buku -sampai punya perpus pribadi sendiri-, belajar bela diri dan lainnya di usia yang sangat muda.

Maka tidak heran, tanggal 29 Mei tahun 1453, di usianya yang ke 25 tahun ia berhasil memimpin pasukannya berjumlah 53.000 pasukan menahlukkan Konstantinopel dan membawa perubahan di kota tersebut menuju lebih baik.

Beberapa hari yang lalu kita juga melewati tanggal 29 Mei, tapi apa yang sudah bisa kita lakukan sebagai pemuda? Nonton Bola? Tidur-tiduran?

Nasihat buat diri saya dan teman-teman pembaca, mulailah menjadi pemuda yang terbaik. Maksimalkan segala potensi yang kita miliki untuk kebermanfaatan.
Bermanfaat untuk sesama, dari yang kecil, dari saat ini juga.

Mari teladani Muhammad Al Fatih, seorang pemuda, penikmat buku, berwawasan dan selalu ingin belajar.

Ngomong-ngomong soal Buku, saya berdoa teman-teman semua segera punya Perpus Pribadi yah. Amiin. Doakan saya juga.

Imam Safrullah.



Note:
Ghazi adalah novel bergenre fiksi-sejarah. Dengan kata lain novel ini adalah hasil imajinasi penulisnya dengan latar belakang sejarah aslinya. Kisah Ghazi secara global mengikuti alur sejarah, hanya saja adegan-adegan detil dan dialog-dialognya adalah imajinasi dari penulis.

4 comments:
Tulis komentar
  1. Ahhh ini kenapa kebanyakan spoiler reviewnya...
    pengen beli, tapi ini buku masih numpuk belum kebaca nih :D

    ReplyDelete
  2. Mantap nih abang Ryan, Happy Reading..

    ReplyDelete
  3. Fix spoiler ini mah :v yang ga demen di spoilerin mndingan beli bukunya dulu trus baru berbagi kemarih

    ReplyDelete
  4. Fix spoiler ini mah :v yang ga demen di spoilerin mndingan beli bukunya dulu trus baru berbagi kemarih

    ReplyDelete