Monday, 1 June 2015

Mengeluh pada siapa?

 

Suatu hari ada seorang pemuda yang berlibur ke kampung kakek dan neneknya. Melihat kehidupan kakek neneknya yang sederhana membuat dirinya sadar akan berbagai nikmat yang telah diperolehnya .

Kampus, kampus keren. Motor, ada. Uang jajan, banyak. Tapi tidak membuatnya bersyukur, malah banyak hal-hal negatif yang dilakukannya.

Akhirnya sepulang liburan ia bertekad untuk berubah. Berubah menjadi lebih baik. Segala rencana tersusun dibenaknya, harus lebih baik, harus berubah, harus begini dan begitu.

Rupanya, sekali lagi dia harus insaf, ini kehidupan nyata. Dimana apa yang telah direncanakan bisa menjadi tidak sesuai, penuh hambatan.

Maka muncul perasaan ingin mengeluh, berat sungguh cobaan yang ada menimpa dirinya.
Ia merasa, di perasaannya berkecamuk,
"Mengapa untuk berubah menjadi baik, berat begini"

Ia lalu teringat dengan kawan baiknya, hati berkata ingin saja mengeluh padanya, tapi dia ingat justru hal tersebut bisa membuat sedih temannya.

Ia ingat lawannya, ah mana mungkin mengeluh kepada lawan. Justru akan membuat mereka tertawa.

Mengeluh kepada teman, bisa bikin sedih teman, mengeluh kepada lawan, malah membuat lawan tertawa.

Sekali lagi dia insaf, cukuplah Allah sebagai penolong. Bukankah keluh kesah yang kita panjatkan dalam doa-doa itu akan diijabah oleh Allah.

Bukankah hanya kepada Allah kita sandarkan segalanya, justru dengan banyak berdoa kepadaNya akan membuat kita lebih dekat padaNya.

Hanya Allah sebaik-baik pelindung yang bisa menjadi sandaran hidup kita.

No comments:
Tulis komentar