Thursday, 12 February 2015

Sejauh-jauhnya kita tersesat pada kebenaran jua kita kembali

 

“Sejauh-jauhnya kita tersesat pada kebenaran jua kita kembali”

Pada setiap insan,  hadir sebuah keyakinan bahwa secara lahiriyah atau secara asal kita menginginkan kebenaran itu kokoh pada genggaman hati dan jiwa raga.  Semua sepakat, andai dihadapan kita terpampang dengan jelas, mana kebenaran dan mana kejahatan, maka pastilah kebenaran itu yang terpilih.

Orang kata,  ada “hati kecil” yang selalu menarik keinsafan kita akan kebenaran. Lantas apakah gerangan, sehingga kita, penulis sendiri terkadang atau sering jatuh pada kesalahan ?

Manusia tetaplah manusia, kecuali ia yang diistimewakan, kadang ada salah dan khilaf yang menyertai langkah-langkah kecil dalam marathon lika-liku hidup ini.

Siapakah diantara kita yang sempurna? Tak memiliki salah sedikit pun?

Kita jawab tak ada, salah dan kesalahan, khilaf dan kekhilafan mesti pernah jua ia menjatuhkan diri pada ia yang hanya seorang manusi biasa.

Tetapi engkau lihat, engkau rasa dengan setulus hatimu yang selalu berharap itu. Perlahan dan sunyi kau rasakan, akan ada getaran, akan ada dorongan pada hati untuk kembali insaf pada kebenaran.

Ia yang bagai gemercik air dijatuhan danau, ia yang bagai suara rimbun dedaunan,  bagai mengirim frekuensi-frekuensi pada hati, selalu berkata:

“Sejauh-jauhnya kita tersesat pada kebenaran jua kita kembali”

Kembalilah pada ia yang menunggu di lubuk hatimu
Pesan teriring doa yang menyertai langkahmu

Adakah ia membisikkan seumpama pengharapan akan Cinta?
Ketahuilah harapan itu ada, diberikan oleh yang Maha Cinta

Jangan sia-siakan detik-detik hembusan nafas itu
dengan putus asa
Bahwa Sejauh-jauhnya kita tersesat pada kebenaran jua kita kembali

No comments:
Tulis komentar