Istriku, kau kenapa?
Aku terbangun. Lissa yang tidur di sampingku, meronta-ronta dan menjerit. Aku berlari keluar dari kamar. Berusaha mencari obat yang biasa dipakai Lissa kalau penyakitnya kambuh.
Di ruang tamu
kebetulan Adikku masih begadang, nonton final Liga Champion.
“Dik, kamu
lihat obat yang biasa digunakan Istriku?,” tanyaku padanya.
“Oh di kotak
P3K bang, ada di dapur.”
Aku segera ke
dapur, bergegas mencari obat tersebut. Dengan lugas kusibak horden pintu dapur.
Menyongsong dengan sigap. Aku berusaha
mencari kotak P3K itu, tetapi Aku belum juga menemukannya. Sudut ruang Aku
periksa dengan teliti, samping lemari, dalam lemari, dekat kulkas bahkan dekat
kompor dan mesin cuci belum juga aku temukan kotak itu.
Aku kembali ke
ruang tengah. Bertanya sekali ke Adikku, Aku agak kesal ke Adikku ini. Sudah
tahu Abangnya lagi darurat mencari obat , eh dia malah masih asyik nonton bola.
“Dik,
dimanakah?,” tanyaku, “saya belum dapat itu kotak, tolong kamu bantu dulu saya
cari”.
“Dekat pintu
itu bang.” Jawabnya dan langsung berdiri bergegas masuk ke dapur.
Aku
mengikutinnya dari belakang, perasaan gusar tak menentu. Aku khawatir obat itu
belum ditemukan. Aku khawatir sama Lissa ,istriku. Aku tidak ingin sesuatu yang
buruk terjadi padanya.
Adikku segera
membuka lemari dekat pintu.
“Itukah
pintunya, em pantas saya tidak lihat. Tertutup horden rupanya.” Kataku.
“Ini bang.” Adikku
memberikan obat yang biasa dipakai istriku.
Aku buru-buru
ke kamar, melihat istriku lagi duduk di pinggiran ranjang.
“Dari mana saja
sih kak, kok aku ditinggalin,” tanya istriku.
“Tadi aku ke
dapur, ambil obat buat kamu.” Kataku sambil memberikan obat tersebut.
“Aku kan minum
obatnya pagi Kak, bukan tengah malam gini,” istriku heran.
“Lah tadi kamu
menjerit, kenapa?,” tanyaku
“Oh tadi itu
aku ngeliat kecoa Kak, Kakak kan tau aku takut banget sama kecoa.” Jawabnya.
“Aduh aku kira
penyakit kamu kambuh, kalau gitu Aku simpan kembali yah obatnya.”
Aku berdiri,
berjalan keluar kamar menuju dapur. Belum sampai Aku melewati pintu kamar , Aku
mendengar suara istriku dari belakang memanggilku. Aku menoleh ke belakang.
“Kak!,” panggil
istriku.
“Iya,” jawabku
sambil melihat pipi istriku merah merona entah kenapa.
“I Love You”
"I Love You too"
Aku segera berbalik untuk menyimpan obat tersebut.
"Awas Kak.!"
Tiba-tiba aku menabrak lemari. Dan tumpukkan koran diatas lemari segera menimpaku dan mengeroyokku.
Aku membuka mata kesal. Kulihat bias matahari dari jendela.
"Woe-woe bangun-bangun, " teriak Arman , teman satu kos ku.
"Apaan sih, ganggu orang lagi mimpi aja kamu," aku ngomel kesal.
"Kerja dulu tuh tugas baru mimpi lope-lopean, ingat jam 8 mau dikumpul sama Dosen tuh. "
Aku terkesiap ternyata sudah jam 3 subuh.
"I Love You too"
Aku segera berbalik untuk menyimpan obat tersebut.
"Awas Kak.!"
Tiba-tiba aku menabrak lemari. Dan tumpukkan koran diatas lemari segera menimpaku dan mengeroyokku.
Aku membuka mata kesal. Kulihat bias matahari dari jendela.
"Woe-woe bangun-bangun, " teriak Arman , teman satu kos ku.
"Apaan sih, ganggu orang lagi mimpi aja kamu," aku ngomel kesal.
"Kerja dulu tuh tugas baru mimpi lope-lopean, ingat jam 8 mau dikumpul sama Dosen tuh. "
Aku terkesiap ternyata sudah jam 3 subuh.