Saturday 24 March 2018

Aku melihatnya berdoa begitu lama, hingga akhirnya aku sadar bahwa ....

 
Bismillah

Sepertinya sudah begitu lama sejak terakhir kali aku memposting tulisanku di blog ini. Sejujurnya aku tak pernah berhenti menulis, aku hanya agak vakum menguploadnya di blog ini. #ngeles


Menemani ruang baca anda sekalian, izinkan aku menceritakan satu kisah yang cukup membuat hatiku bergetar. Entahlah, semoga juga padamu.

Dalam sebuah kajian tafsir surah Al-Ma'arij, ustadz Abdullah Taslim menceritakan kisah ini. Dengan sedikit gubahan dariku, namun dengan makna yang tak berubah

...
Dia hanyalah seorang lelaki fakir harta dengan begitu banyak problema menimpa hidupnya. Meski begitu, tak sedikitpun dalam hatinya tebersit keinginan melakukan cara-cara yang tidak diridhoi oleh Allah. Alhamdulillah.

Namun sebagai manusia biasa, terasa gundah di hatinya. Berbagai cara telah ia lakukan, namun problema ini tak kunjung usai. Dia memutuskan menemui seorang Syaikh, berharap darinya ia bisa dapatkan solusi. Syukur-syukur jika bisa mendapatkan pinjaman Uang.

Berjalanlah ia ke rumah Syaikh tersebut. Setelah mengucapkan salam dan sedikit percakapan pembuka. Maka masuklah ia pada pokok permasalahan. Ia aduhkan apa yang hendak ia aduhkan. Masalah ekonomi.

Syaikh mendengarkannya dengan tenang, tetapi setelah semuanya. Syaikh justru memberitahukan kepada si fakir tersebut, sebuah nama.

"Datanglah engkau padanya, Insya Allah dia adalah seorang yang kaya lagi dermawan" kata Syaikh kepada lelaki ini.

Setelah mengetahui nama yang harus ia tuju untuk meminta bantuan. Bergegaslah ia menuju ke kediaman saudagar tersebut. Ia tak mengenalnya apalagi pernah berjumpa. Hanya bermodalkan sebuah nama.

Waktu menunjukkan waktu Dzuhur, di dalam perjalanannya. Ia telah sampai di desa sang saudagar.  Ia menduga, pastilah saudagar tersebut Sholat berjamaah di Mesjid. Dugaannya tak keliru. Sebelum Sholat dimulai, ia menanyakan kepada salah satu jamaah. Menanyakan nama saudagar tersebut. Jamaah tersebut menunjukkan padanya sosok saudagar yang dimaksud. Berdiri di shaf terdepan.

"Baiklah aku temui ia selepas sholat saja" batin si fakir berbisik.

Setelah Sholat. Lelaki ini menunggui sang saudagar di depan pintu mesjid.
Satu per satu jamaah mulai meninggalkan mesjid. Namun, saudagar tersebut masih tetap duduk berzikir.

Jamaah pun tinggal satu dua. Sang Fakir tetap setia menunggu.

Hingga tak ada lagi jamaah yang lain selain Sang Fakir dengan saudagar tersebut.
"Aku tunggu saja, pasti setelah ini dia akan keluar" batin sang Fakir.

Sang saudagar setelah berzikir, melanjutkan sholat sunnah dua rakaat ba'da dzuhur. Setelah sholat, ia tengadahkan tangannya dalam doa-doanya.
Terus seperti itu, berdoa dan berdoa.

"Lama sekali dia berdoa.. " sang fakir mulai menggurutu.
Namun, ia setia menunggui sambil memperhatikan sang saudagar.

"Aku perhatikan, begitu lama ia berdoa. Padahal dia sudah kaya. Aku datang jauh-jauh untuk meminta bantuannya. Berharap pertolongan dari saudagar ini. Tapi apa yang kulihat sekarang? Dia sendiri sedang berdoa. Berdoa begitu lama. Seakan begitu banyak pertolongan yang dia pinta. Kalau orang yang aku ingin mintai pertolongan, masih berdoa begitu lama meminta pertolongan. Hmm.. kalau begitu lebih baik aku meminta pertolongan saja kepada yang menolong saudagar ini.'

Begitulah, akhirnya sang fakir menyadarinya. Memilih pilihan yang cerdas.

....
Selesai kutipan


Kawan.. Jangan pernah letih dalam berdoa. Tak akan ada ruginya. Insya Allah



Doa dulu, Usaha kemudian