Sedikit bercerita di tengah malam ini.
Pagi kemarin saya dan beserta teman-teman mengadakan suatu kegiatan di telkom
kendari dan pas siangnya kita istirahat. Nah, ada sedikit insiden
menarik ketika kami sedang duduk santai diluar ruangan kegiatan.
Kami lagi santai-santainya cerita, tiba-tiba seorang satpam baru saja
datang dari suatu tempat. Dan dia memarkirkan motornya didekat kami yang lagi pada ngumpul. Kayaknya satpam ini belum tau bahwa didalam ruangan lagi ada kegiatan.
Akhirnya dia bertanya ke kami, tentu dengan cara yang sopan nan penuh selidik tapi.
“Lagi tunggu siapa?”
“Oh, kita lagi istirahat ini, kebetulan ada kegiatan di dalam” jawab senior saya.
“Ini kegiatan apa kalau boleh tau pak?”
“Kegiatan Broadband”
“oh yang setiap hari sabtu itu?”
“ia pak, ini sudah minggu ketiga”
Mungkin dari cerita diatas gak ada yg istimewa yah? Biasa aja?
Karena bukan disitu insidennya.
Nah, setelah pak satpam itu nanya2. Dia akhirnya pergi juga. Pada saat satpam itu pergi lah. Senior saya nyeletuk.
“Wajar memang tawwa dia tanya begitu, karena memang security disini”
Kata-kata senior saya ini buat saya sedikit harus mengingat kembali. Betapa sering saya tidak peduli dengan pekerjaan orang lain.
Pernah waktu di bank, saya ingin menyimpan uang orang lain di
rekeningku. Jumlahnya lumayan banyak. Si teller itu heran, soalnya saya
mengisi lembar pendaftaran rekening itu. Pekerjaan sebagai mahasiswa.
Mungkin karena apa yah, si teller ini malah nanya-nanya ini itu. Uangnya
dari mana? Kok banyak sekali? Mahasiswa sambil kerja yah? Dari orang tua
yah?
Waktu itu saya jawab sekenanya saja. Jengkel? Iya. Masa ditanya-tanya begitu, memangnya saya penjahat apa?
Padahal kalau dipikir secara jernih, memang begitu tugas seorang teller.
Bukankah tugas seorang security adalah memastikkan “daerah”nya aman.
Dan masih banyak lagi pekerjaan lain, yg menuntut si pekerja untuk
bertanggung jawab. Kadang dalam tanggungjawabnya itu dia harus
“berurusan” dengan orang lain.
Orang lain itu, bisa saja saya, anda dan siapapun.
Aduh sebelum tulisan ini terlalu panjang, saya simpulkan saja.
Contoh kasus saja lah, misal ada sales yang lagi nawarin brosur nih.
Diliat dari produknya, ternyata itu tidak membuat kita tertarik sama
sekali
Tapi ambil saja brosurnya, jika memang produknya tidak
melanggar syariat. Biar si sales ini juga senang, meski kita tidak
membeli. Minimalkan “tanggungjawabnya” membagikan brosur-brosur itu
terlaksana. Dengan catatan brosurnya itu gratis yah.
Saya bukan lagi promosi sales yah, tapi hanya contoh kasus saja. Silahkan
disesuaikan dengan kasus-kasus yg lain. Jangan lupa takarannya harus seimbang
tambahkan gula dua sendok dan sedikit susu. Ehhh malah ngelantur, mata
udah lima watt kali yak?
Sekian
Sunday, 20 April 2014
Memandang Pekerjaan Orang Lain
Similar Posts
Imam Safrullah
Jika kamu ingin tahu dunia maka membacalah tapi jika kamu ingin dunia tahu kamu maka menulislah. (AJ)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Tulis komentar